Ekspor Buah Indonesia 2014 Menurun

Lampung Agrobisnis - Ekspor Buah Indonesia 2014 Menurun : Gara-gara hasil buah minim di tingkat petani membuat pasokan buah ikut terpengaruh. Bayangkan saja sepanjang semester I/2014 kinerja ekspor buah-buahan Indonesia mengalami penurunan volume sebanyak 5% atau hanya mencapai US$ 116 juta dibanding periode yang sama tahun 2003 lalu.

Padahal pemerintah melalui Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor buah itu menembus US$478,15 juta—US$482,32 juta. Hal ini membuat kalangan pengusaha eksportir buah sedikit resah. “Rendahnya produktivitas petani menjadi penyebab turunnya kinerja ekspor,” kata Sekjen Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia (AESBI) Komar Muljawibawa seperti dilansir bisnis.com.

Seperti diketahui dari sejumlah buah-buahan mentah yang diekspor mulai dari jambu, salak, rambutan, nanas, durian, manggis, melon, mangga, jeruk hingga semangka, ada tiga buah-buahan yang menjadi primadona ekspor Indonesia. Buah tersebut adalah manggis, salak, dan mangga.

Karena itu, asosiasi berusaha untuk menggenjot kinerja ekspor buah hingga Desember mendatang yang tinggal dalam hitungan hari saja. Salah satu upaya adalah membentuk pola penanaman skala besar dan memberi training pembenah kepada para petani agar lebih selektif dalam memaksilkan produksi. “Kami berusaha mendorong agar petani mampu menghasilkan buah berkualitas tinggi,” katanya.

Meski demikian, Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) tetap optimis jika target ekspor buah mengalami kenaikan hingga 65,5 %. Menurut data PEN hingga semester I/2014 nilai ekspor buah telah  menyentuh US $313,2juta. “Kami optimistis target pada 2014 iniakantercapai,” ungkap Dirjen PEN Nus Nuzulia Ishak

Sementara itu, Kepala Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT)-LPPM IPB, Prof. Dr. Sobir, volume ekspor produk buah-buahan lokal Indonesia masih sangat kecil, yakni sekitar US $ 241 juta, sementara volume impor sekitar US $ 856 juta.

Sobir mengatakan ada tiga hal yang keliru terkait dengan pola pertanian buah kita. Tiga hal itu meliputi luas tanam buah yang sangat sedikit. Kedua, Indonesia tidak menerapkan pola menanam buah dalam bentuk estate. Ketiga, petani buah di Indonesia tidak bisa membaca perubahan preferensi terhadap buah. Selain itu, kendala pelaku ekspor ketika menjual produknya di luar negeri adalah  tidak adanya dukungan dalam bentuk promosi.

“Orang Amerika itu promosi habis-habisan ke seluruh dunia bahwa green is fresh¸ Thailand juga mendapatkan dukungan dari pemerintahnya sehingga buah asal Thailand ada dimana-mana, seperti di swalayan-swalayan buah banyak terpampang buah asal Thailand. Nah, Indonesia belum punya sistem seperti itu. Kita nggak punya uang untuk promosi di luar negeri,” ungkap Sobir.

0 komentar: